Kamis, 25 Juni 2009

Membangun Demokrasi via Gerakan Sosial Baru Islam

. Kamis, 25 Juni 2009

Secara umum buku ini diikat oleh wacana penguatan gerakan sosial baru Islam dalam memantapkan demokrasi yang lebih substansial di Tanah Air

Jakarta.Setelah sebelumnya menerbitkan buku Islam, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia; Problematika Hak Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia,the Wahid Institute kembali menerbitkan buku kedua di bulan Juni, Perspektif Pesantren: Islam Indonesia, Gerakan Sosial Baru, Demokratisasi. Buku ini merupakan kumpulan tulisan Ahmad Suaedy, penulis buku ini yang juga Direktur the Wahid Institute, yang didokumentasi sepanjang kurang lebih 15 tahun "karir" dunia aktivismenya.

Berisi lebih dari 400 halaman, buku ini mengulas banyak isu, mulai dari gerakan sosial baru Islam, HAM, hingga, tema-tema spritualitas. Isu tentang neoliberalisme yang belakangan menguat menjelang Pemilu Presiden 2009 juga ikut menjadi salah satu sorotan buku yang diedit Alamsyah M. Dja'far ini. Hanya fokusnya lebih spesifik lagi terkait neoliberalisme dalam kaitannya dengan Islam dan hak asasi manusia. Bagi Suaedy, salah satu "kelihaian" sistem neoliberalisme adalah kemampuannya hidup dan "berkembang biak" dalam ragam sistem, mulai dari semidemokratis, otoriter, hingga teokratis. Contoh negara dengan sistem terakhir adalah Arab Saudi yang kaya minyak itu. Gap yang menganga antara kaum kaya dan miskin, negara kaya dan negara miskin, itulah yang melahirkan dampak lanjutan berupa lahirnya gerakan fundamentalisme dan terorisme.

Secara umum buku ini diikat oleh wacana penguatan gerakan sosial baru Islam dalam memantapkan demokrasi yang lebih substansial di Tanah Air. Sebagai aktivis muslim yang tumbuh dari kalangan muda Nahdliyin, Suaedy percaya gerakan sosial baru (new social movement) di lingkungan masyakarat muslim, terutama di lingkungan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, mampu melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Penerima Research Fellowship Asian Public Intellectual (API) dari the Nippon Foundation tahun 2009 ini telah melakukan sejumlah studi atas gerakan tersebut di Tanah Air. Beberapa hasil studi itu juga termuat dalam buku.

Tentu saja, seperti diulas cukup dalam di buku ini, tantangan gerakan tersebut tidaklah mudah. Selain neoliberalisme, tantangan yang tengah menghadang adalah menjamurnya gerakan Islamisme, kekerasan agama, dan beragam regulasi yang mengekang kebebasan beragama di Tanah Air. Problem masih belum sinerginya gerakan yang tersebar di Nusantara ini adalah masalah internal yang juga patut dipertimbangkan. "Selain wacana akademis, saya berharap buku ini menjadi sumbangan praksis bagi gerakan prodemokrasi di Indonesia," kata Suaedy (AMDJ). baca disini juga


0 komentar:

Posting Komentar

 

Daftar Blog

Berbagi Link

Copy Paste Kodenya,Konfirmasikan ,Segera akan Ku balas

Blogger

Rank